Nicke menjelaskan sepanjang 2020 perusahaan mengalami triple shock atau tekanan dari tiga sentimen sekaligus. Tekanan itu meliputi rendahnya harga minyak dunia, lemahnya permintaan, dan depresiasi kurs.
Pada tahun lalu, permintaan BBM pun secara nasional turun sebesar 25 persen. Di saat yang sama, harga minyak sangat terdampak dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan migas.
Namun, perusahaan memiliki strategi untuk menghadapi kondisi. Nicke berujar Pertamina membuat cadangan pasokan pada saat harga energi yang sedang turun dengan membeli dalam jumlah besar dan disimpan di penyimpanan di darat (landed storage) dan terapung (floating storage).
Menurut Nicke, strategi itu turut memberi dampak positif terhadap kinerja keuangan Pertamina. “Inilah yang kami lihat, Pertamina berhasil cetak laba dan ini luar biasanya effort-nya. Jadi, sektor energi ini harus lakukan efisiensi luar biasa untuk melakukan adjustment,” katanya.
Pada pertengahan tahun 2020 lalu Ahok pernah menyebutkan alasannya berkenan ditunjuk oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjadi Pertamina. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengakui ingin membantu sahabatnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi, mengawasi kinerja perseroan.
Ahok menyebutkan pendapatan Pertamina yang mencapai Rp 800 triliun atau hampir sepertiga anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN harus selalu diawasi.
"Kalau enggak diawasi dengan baik, direksi enggak punya KPI (key performance indicator). Sedangkan KPI administratif semua. Ya ada kewajiban, (meski) merem juga untung," tutur Ahok dalam wawancara bersama Andy Noya di acara Live Instagram KickAndy Show, Sabtu petang, 27 Juni 2020.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS
Baca: Pertamina Untung Rp 14 T, Ahok: Akibat Penghematan dari Segi Pengadaan