TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Suhariyanto mengatakan sejumlah negara juga mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020. Menyitir laporan statistik resmi sejumlah negara, Suhariyanto menyebut Amerika Serikat hingga Singapura bahkan mengalami kontraksi yang lebih dalam ketimbang Indonesia.
“Indonesia tidak sendiri. Banyak negara yang mengalami kontraksi. Pengecualian hanya terjadi untuk Cina dan Vietnam yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif,” tutur Suhariyanto dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Jumat, 5 Februari 2021.
Amerika Serikat misalnya, mengalami kontraksi pertumbuhan hingga -3,5 persen. Kemudian Uni Eropa mengalami kontraksi -6,4 persen.
Sedangkan negara-negara di Asia seperti Hong Kong mengalami kontraksi dalam mencapai -6,1 persen; Singapura -5,8 persen; dan Korea Selatan -1,01 persen.
Adapun Indonesia secara kumulatif mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar -2,07 persen pada 2020. Sektor yang berkontribusi paling dalam terhadap PDB ialah transportasi dan pergudangan sebesar -0,64 persen. Selanjutnya disusul industri pengolahan sebesar -0,61 persen.
Menurut Suhariyanto, pertumbuhan ekonomi sejumlah negara masih terpengaruh tingginya penyebaran Covid-19 pada kuartal IV 2020. Beberapa negara, tutur dia, mengalami gelombang kedua wabah sehingga hal itu memukul perekonomian masyarakat. “Di kuartal IV, penyebaran Covid-19 masih tinggi dan sulit diturunkan. Ini terjadi tidak hanya di Indonesia tapi di hampir seluruh negara. Kondisi ini menyebabkan beberapa negara Eropa yang mengalami second wave menerapkan lockdown,” ucapnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 -2,07 Persen