Upaya untuk mengontak pilot dibantu oleh maskapai lain, seperti Garuda Indonesia. “Itulah yang terjadi selama empat menit sebelum pesawat hilang kontak,” katanya.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak dan dikonfirmasi mengalami kecelakaan empat menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno Hatta. Tim SAR kemudian langsung menuju ke titik tempat jatuhnya pesawat. Dalam operasi SAR, tim gabungan menemukan 325 kantong potongan tubuh korban, 68 kantong serpihan kecil pesawat, dan 55 bagian badan pesawat.
Adapun Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memaparkan kondisi cuaca sebelum Sriwijaya Air lepas landas. Ia mengatakan sempat terdapat awan CB alias cumulonimbus di langit Jakarta sebelum dan saat pesawat take off. Awan CB merupakan awan tebal yang menjulang vertikal.
“Namun awan mulai meluruh seiring dengan berkurangnya intensitas hujan dan meningkatnya jarak pandang,” ujar Dwikorita.
Berdasarkan analisis Citra Satelit Himawari, suhu puncak awan berkisar -43 derajat Celcius hingga -48 derajat Celcius. Selain di Jakarta, awan Komulonimbus juga terlihat berada di jalur penerbangan yang membentang di sekitar Jawa bagian barat yang bergerak ke arah tenggara.
Meski demikian, Dwikorita memastikan area yang dilintasi pesawat berlogo Ri-Yu itu bukan wilayah awan signifikan. Pesawat juga tidak berada di area hujan serta bukan merupakan area turbulansi.
Temuan ini diukur dari sumber pelacakan posisi pesawat melalui FlightRadar24, yang menampilkan maskapai berada dalam posisi ukuran desibel atau dbz yang rendah. Ia pun memastikan pada ketinggian 11 ribu kaki atau posisi pesawat Sriwijaya Air berada tidak terdapat potensi icing. “Potensi icing tidak ada pada ketinggian permukaan sampai 11 ribu feet. Potensi icing berada di 16 ribu sampai 27 ribu feet,” ucapnya.
Baca: KNKT Sebut Ada Pesawat AirAsia di Depan Sriwijaya Air SJ 182