TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama AirNav Indonesia Pramintohadi Sukarno memaparkan posisi Sriwijaya Air SJ 182 menit-menit sebelum mengalami kecelakaan di perairan Kepulauan Seribu. Penjelasan itu ia sampaikan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 3 Februari 2021.
Sriwijaya Air SJ 182, tutur Pramintohadi, terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, 9 Januari 2021, pukul 14.36 WIB. Pesawat dengan 62 penumpang serta kru mengangkasa dengan tujuan akhir Pontianak.
Semenit setelah lepas landas, Praminto mengatakan pesawat telah melewati ketinggian 1.700 kaki. Pilot kemudian diberi instruksi Air Traffic Controller atau ATC Bandara Soekarno-Hatta untuk menaikkan ketinggian di level 29 ribu kaki melalui frekuensi 79 Mhz mengikuti prosedur standar alur keberangkatan yang berlaku.
Satu menit kemudian, pada 14.38 WIB, pilot membawa pesawat melewati ketinggian 7.900 kaki. Pilot sempat meminta kepada ATC untuk mengarahkan armadanya ke posisi 075 derajat lantaran alasan cuaca. “ATC mengizinkan dan pesawat diinstruksikan naik ke 11 ribu kaki,” kata Parminto.
ATC, tutur Praminto, mengarahkan pesawat ke posisi 11 ribu kaki karena di jalur ketinggian yang sama, terdapat pesawat AirAsia. Pesawat AirAsia juga memiliki rute yang sama, yaitu Jakarta-Pontianak. Setelah memperoleh instruksi, pilot menjawab “clear”.
Tak berselang lama, pesawat telah berada di posisi ketinggian 10.600 kaki. Saat itu, ATC kembali mengirim perintah kepada pilot untuk menaikkan kembali pesawatnya ke ketinggian 13 ribu kaki. Pilot pun terpantau masih memberikan respons.
Hingga menit ketiga setelah lepas landas ini, ATC tidak menerima laporan bahwa pesawat mengalami masalah. Namun, pada menit empat penerbangan atau pukul 14.40 WIB, pada layar radar pemantauan pesawat terlihat berbelok ke kiri atau menuju arah yang berbeda dari instruksi ATC. “Pesawat seharusnya ke kanan di posisi 075 derajat,” kata Praminto.
Controller pun langsung melakukan konfirmasi terhadap SJ 182, namun pilot tidak memberikan respons. ATC, kata Praminto, sempat memanggil pilot sebanyak sebelas kali namun tidak ada tanggapan.