TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan investasi yang dihimpun dari Lembaga Pengelola Investasi atau SWF Indonesia akan digunakan untuk mendukung pengembangan proyek-proyek infrastruktur dalam dua tahun pertama. Proyek itu meliputi bandara, pelabuhan, hingga jalan tol.
“Saya pikir itu sangat jelas bahwa kami ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki kualitas aset dan meningkatkan kapasitas dengan partner global. Tujuannya untuk membawa trafik dan value creation yang lebih besar setelah pandemi,” ujar Kartika dalam Mandiri Investment Forum yang ditayangkan secara virtual pada Rabu, 3 Januari 2021.
Menurut Kartika, bandara dan pelabuhan potensial dikembangkan dalam jangka menengah mengingat lalu lintas masyarakat di dalam negeri sangat tinggi. Meski mobilisasi tersebut berkurang selama pandemi, ia optimistis pada masa pemulihan nanti, trafik domestik akan kembali ke kondisi normal.
Bahkan, Kartika meyakini kondisi simpul-simpul transportasi domestik di bandara maupun pelabuhan akan lebih cepat pulih ketimbang rute internasional. Mobilisasi manusia pun akan diikuti dengan peningkatan lalu-lintas barang atau kargo.
“Ini adalah poin yang kuat untuk mengundang investor untuk terlibat ke proyek infrastruktur karena lokal trafik, dari penumpang dan kargo di Indonesia, saya pikir akan pulih lebih cepat daripada internasional,” ujarnya.
Dalam dua bulan awal, pemerintah menargetkan investasi yang masuk melalui SWF mencapai US$ 20 miliar. Sebagai modal awal, pemerintah menyiapkan dana segar sebesar Rp 15 triliun dan aset BUMN Rp 50 triliun.
Saat ini, pemerintah telah memilih dewan pengawas yang disetujui oleh DPR. Dalam waktu dekat, dewan direksi SWF Indonesia yang bernama Indonesia Investment Authority atau INA akan segera terbentuk.
Baca: Wamenkeu Jelaskan Alasan Lembaga Pengelola Investasi Dapat Insentif Pajak