Nilai impor GPS dengan kode HS 01051110 tercatat naik signifikan dari 2017 ke 2018 dengan nilai US$ 23,94 juta menjadi US$ 31,07 juta. Sementara itu, pada 2019 dan 2020 nilai impor cenderung datar, masing-masing di angka US$ 31,21 juta dan US$ 31,79 juta.
Direktur Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian Sugiono mengemukakan bahwa alokasi untuk impor GPS pada 2021 tetap akan mengacu pada proyeksi konsumsi per kapita yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS).
Selain itu, pemasukan GPS pun diikuti dengan syarat pembangunan infrastruktur hilir melalui pembangunan rumah potong hewan unggas dan rantai dingin sebesar produksi hasil turunan GPS secara bertahap selama 5 tahun.
Pada Januari 2020 silam, para peternak ayam juga mengeluhkan harga ayam lepas kandang yang anjlok menjadi Rp 13.500 hingga Rp 14.500 per kilogram. Padahal, harga pokok produksi (HPP) yang harus ditanggung oleh para peternak mencapai Rp 17.500 hingga Rp 18.000 tiap kilogramnya.
BISNIS
Baca juga: Harga Ayam Jatuh, Peternak Jateng Akan Gelar Demo di Jakarta