TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro memamerken sederet hasil riset yang dikembangkan di Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini dilakukan oleh sejumlah instansi atau lembaga melalui konsorsium riset yang dibentuk sejak wabah corona pertama kali masuk ke Indonesia.
“Para peneliti, perekayasa, dan dosen di Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa. Dalam waktu yang relatif singkat, mereka menghasilkan beberapa produk yang tadinya hanya bisa diadakan dengan impor,” ujar Bambang dalam diskusi bersama Ikatan Alumni Universitas Indonesia atau ILUNI UI, Sabtu, 30 Januari 2021.
Bambang mencontohkan hasil riset itu melahirkan rapid test antibodi. Alat untuk mendiagnosis virus corona ini dikembangkan oleh konsorsium riset selama Mei hingga Juni. Rapid test antibodi menjadi alat deteksi cepat yang menunjukkan hasil reaktif atau non-reaktif corona, yang kemudian dipakai di sejumlah simpul transportasi. Alat tersebut dilego lebih murah ketimbang alat rapid test impor.
Hasil pengembangan penelitian selanjutnya ialah ventilator. Pandemi, tutur Bambang, mendorong periset dan perusahaan di dalam negeri mampu mengembangkan lima jenis alat bantu pernapasan yang meliputi BPPT3S-LEN, GERLIP HFNC-01, Vent-I Origin, Convent-20, dan Dharcov-23S.
“Sekarang satu per satu jenis ventilator bisa dipenuhi. Tinggal tahun ini, kita berharap bisa menyelesaikan ventilator untuk keperluan ICU,” tutur Bambang.