"Kita lakukan itu di tengah-tengah ya ini ngutang. Karena kalau ekonomi shrinking, penerimaan negara berkurang, belanja harus naik," ujar Suahasil.
Ia pun membandingkan hasil tersebut dengan negara lain yang dinilai mematok defisit lebih besar, namun pertumbuhan ekonominya turun lebih dalam. Misalnya saja India yang defisit 13 persen, namun ekonominya terkontraksi 8 persen.
"Jeman juga begitu, Prancis juga begitu. Malaysia defisit 6,5 persen tapi pertumbuhan ekonomi minus 5,8 persen," tuturnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan utang pemerintah bertambah karena membengkaknya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bertujuan untuk membantu rakyat dan menangani pandemi Covid-19. Hal itu merespons pertanyaan beberapa anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat soal utang.
"Ini saya ingatkan kembali kenapa ada tambahan utang, karena defisit yang melebar, pertama untuk membantu rakyat, menangani Covid-19, dan membantu dunia usaha terutama UMKM," kata Sri Mulyani dalam rapat virtual dengan komisi XI DPR, Rabu, 27 Januari 2021.
Adanya penambahan utang terjadi, kata Sri Mulyani, karena penerimaan negara yang sedang jatuh. Kendati begitu, dia memastikan pemerintah mengelola utang secara hati-hati. Terlebih pada tahun 2020
Baca: Sri Mulyani: Pertambahan Utang Pemerintah di 2020 Salah Satu Terkecil di ASEAN