Beberapa waktu lalu, Kementerian Perhubungan pun telah memberikan izin penggunaan alat deteksi GeNose di stasiun dan terminal mulai 5 Februari. Penggunaan GeNose sebagai alat tes kesehatan di simpul transportasi akan diterapkan secara bertahap.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyebut GeNose sebenarnya belum bisa menjadi alternatif tes swab PCR maupun tes Antigen. Pandu mengatakan UGM harus melakukan evaluasi dari uji coba GeNose setidaknya selama satu tahun.
“Enggak bisa jadi alternatif karena masih jauh. Setahun ini masih harus dievaluasi. Pihak UGM janji akan melakukan itu,” ujar Pandu saat dihubungi Tempo, 25 Januari lalu.
Pandu mengklaim telah berbicara dengan pihak UGM terhadap rencana penggunaan GeNose di layanan umum. Dia mengemukakan pandangan bahwa penerapan alat pendeteksi yang dihasilkan dalam waktu cepat akan berbahaya bagi akurasi hasil. Apalagi, tutur Pandu, GeNose belum benar-benar teruji tingkat prediksinya.
Klaim akurasi GeNose yang mencapai 90 persen pun, tutur Pandu, belum meyakinkan lantaran uji coba terhadap sampel dianggap tak terlampau optimal. Hal ini mengacu pada angka masyarakat terinfeksi virus corona di Indonesia. “Angka orang yang terinfeksi di Indonesia masih rendah, mungkin hanya 5 persen. Bagaimana mendeteksi orang membawa virus dari 5 persen itu,” tutur Pandu.
Baca: 5 Fakta Alat Tes Covid GeNose: Kecerdasan Buatan hingga Akurasi 97 Persen