TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengatakan krisis ekonomi karena pandemi Covid-19 tercatat menjadi yang paling parah sejak Perang Dunia II. Dampak krisis ini, menurut Mari Pangestu, bahkan bisa dirasakan sampai sepuluh tahun mendatang, khususnya bagi negara-negara berkembang.
“Akan berlangsung sepuluh tahun kalau negara-negara tidak melakukan perubahan dari sisi kebijakan atau recovery investment,” ujar Mari dalam diskusi bersama Ikatan Alumni Universitas Indonesia atau ILUNI UI, Sabtu, 30 Januari 2021.
Di negara-negara berkembang tersebut, ekonomi selama sepuluh tahun atau 2020-2029 diperkirakan bakal tumbuh di bawah posisi 2010-2019. Untuk Asia Timur dan Pasifik, misalnya, baseline pertumbuhan ekonomi akan berkisar 5-6 persen sampai 2029. Angka ini lebih rendah hingga 3 persen di bawah pertumbuhan 2010-2019.
Adapun Bank Dunia telah membuat baseline prediksi pertumbuhan ekonomi secara global pada 2020 dan 2021. Berdasarkan baseline ini, pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan terkontraksi hingga -4 persen. Kemudian pada 2021, ekonomi negara-negara di dunia diproyeksikan tumbuh 4 persen seumpama tidak terjadi gelombang pandemi lanjutan.
Sejumlah lembaga internasional pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 sebesar 4 persen atau setara rata-rata pertumbuhan ekonomi global. IMF, misalnya, memperkirakan Indonesia tumbuh 4,8 persen pada 2021. Karena itu, Mari menyebut pertumbuhan harus didorong menjadi 5-6 persen agar posisinya tidak berada di bawah rata-rata baseline pertumbuhan negara berkembang.
“Jika kita tumbuh 1 persen di bawah rata-rata (baseline pertumbuhan ekonomi negara berkembang), ini akan memperlambat peningkatan income per kapita,” tutur Mari. Mari mengatakan Indonesia harus mendorong laju investasi dan melakukan transformasi ekonomi.