TEMPO.CO, Jakarta - Ustad Yusuf Mansur menekankan bahwa gaya investasi saham yang dijalankannya tidak harus ditiru oleh setiap orang. Sebab, salah satu yang paling mendasar dari cara investasi sahamnya adalah dimulai dari niat yang kuat, yakni membantu perusahaan dan mendapatkan berkah dari Allah.
"Boleh juga teman-teman gak ikutin. Karena akan jadi problem juga kalau believe-nya gak strong," ujar Yusuf dalam diskusi bersama Sucor Sekuritas melalui tayangan IG Live, Jumat malam, 29 Januari 2021.
Nah, jika masih tidak terlalu yakin atau tanggung-tanggung saat terjun di investasi saham, ia menyarankan calon investor untuk mempelajari segala bentuk analisis fundamental. "Tapi kalo saya gak bicara analisis itu," katanya.
Yusuf mengaku dalam berinvestasi saham di satu perusahaan semata-mata karena ada dana yang ingin digunakan untuk membantu perusahaan. "Saya cuma mikir, ada duit, ingin bantu orang, ingin dapat pahala di perusahaan orang. Habis chip in di perusahaan itu, saya lapor ke Tuhan," ucapnya.
Lebih jauh ia menegaskan soal investasi saham bukan semata-mata bicara soal pergerakan saham, untung-untungan saat beli dan jual saham. Jauh lebih besar dari itu, adalah kembali lagi ke niat berinvestasi.
Ia lalu mencontohkan, calon investor dari awal bisa berniat investasi saham di bank syariah agar membebaskan rakyat Indonesia dari rentenir, bisa hanya dengan 1-2 lot atau 10-100 lot. Atau bagaimana calon investor berniat membeli saham operator jalan tol karena ingin memfasilitasi orang untuk bisa masuk tol, siapapun dan dari latar belakang pekerjaan apapun itu.
"Apalah arti cuan sedikit, karena kita bisa minta rizki dari Allah akibat perbuatan baik kita itu. Gak ada ruginya," kata Yusuf.
Karena, menurut dia, begitu investor membeli saham batu bara, berarti seluruh rumah, gedung, jalan raya, di manapun ada listrik, berarti ada kebaikan dari saham yang dibelinya. Karena batu bara merupakan komponen terbesar listrik.