Adapun berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 29 Januari 2021, harga rata-rata telur ayam ras segar secara nasional di tingkat konsumen mencapai Rp 26.650 per kilogram.
Menyikapi hal ini, peternak layer atau telur ayam ras yang tergabung dalam Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Blitar berkirim surat kepada Menteri Sosial Tri Rismaharini. Mereka meminta agar pemerintah dapat menyerap telur produksi peternak sebagai Bahan Pangan Non-Tunai (BPNT). Dengan begitu diharapkan harga telur bisa kembali membaik karena diserap pasar.
Ketua Presidium Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi sebelumnya mengatakan harga telur merosot karena tidak terserap oleh pasar, khususnya di Jabodetabek dan Bandung. “Permintaan dari pedagang Jabodetabek dan Bandung tidak ada. Peternak jadi panik karena produksi terus berjalan,” ujar Musbar saat dihubungi, Senin, 25 Januari 2021.
Tidak terserapnya komoditas membuat stok di gudang menumpuk. Selain berakibat pada turunnya harga, rendahnya penyerapan mengakibatkan kapasitas gudang tak mampu menampung stok telur yang ada.
Jebloknya harga telur itu, menurut Musbar, karena permintaan pedagang Jabodetabek dan Bandung kepada peternak menurun 20-30 persen sejak awal tahun. Di saat yang sama, peternak kesulitan menyalurkan telur ke daerah tujuan lain seperti Indonesia timur karena permintaan di daerah itu juga sangat rendah.
ANTARA | FRANCISCA CHRISTY
Baca: Harga Telur Anjlok karena Permintaan Nihil dari Jabodetabek, Peternak Panik