TEMPO.CO, Jakarta - Para nelayan di awal masa pandemi Covid-19 sangat terpukul, di antaranya karena harga ikan yang anjlok.
"Hal itu membuat nilai tukar nelayan turun dari Februari hingga terendah April 2020," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Syarief Widjaja dalam diskusi yang digelar Tempo secara virtual, Kamis, 28 Januari 2021.
Baru pada Juni tahun lalu, harga ikan kembali naik. Syarief lalu mengutip data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan nilai tukar petani pada Januari sebesar 101 persen, turun jadi 98,4 persen pada April dan kembali naik jadi 102 pada Desember 2020.
"Mei penjualan online mulai jalan penjual kecil tumbuh pesat. Sedangkan pembudidaya masih belum, produksi masih turun," ujar Syarief.
Dia menilai saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk nelayan. Pasalnya, di saat semua pihak menahan konsumsi, produk-produk perikanan justru laku. Ekspor produk perikanan naik dan pertumbuhan ekonomi sektor perikanan 5,78 persen.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan atau Kiara, Susan Herawati mengatakan tak sedikit nelayan di masa Covid-19 yang masih mencoba untuk bertahan hidup hingga kini. "Mereka juga merasakan ancaman selain Covid-19, yaitu perampasan ruang hidup," kata Susan.