Secara konsolidasi, pertumbuhan kredit secara average balance atau baki debet rata-rata berhasil mencatat perkembangan, yakni tumbuh 7,08 persen yoy menjadi Rp871,3 trilun.
Menurutnya, hal ini mengindikasikan bahwa strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang.
Dari sisi pendanaan, jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun emiten berkode BMRI ini pada akhir 2020 tumbuh 12,24 persen yoy, menjadi Rp1.043,3 triliun, di atas pertumbuhan perbankan nasional yakni 11,1 persen.
“Kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, kami mampu menjaga kualitas kredit sehingga rasio NPL konsolidasi masih baik di 3,09 persen,” tuturnya.
Darmawan mengatakan meskipun selektif, dia memastikan bahwa Bank Mandiri tetap menjadikan peran intermediasi perseroan sebagai prioritas utama untuk meningkatkan kembali demand masyarakat dan memulihkan ekonomi nasional.
Di sisi lain, dengan belum pulihnya demand kredit, perseroan juga melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional.
Bank Mandiri berhasil menurunkan cost of fund sebesar 33 bps yoy menjadi 2,53 persen di Desember 2020 sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42 persen, dibandingkan kenaikan biaya operasional periode sebelumnya yang mencapai 6,68 persen.