TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. membukukan penurunan laba bersih menjadi sebesar Rp17,1 triliun sepanjang 2020. Angka tersebut terkontraksi 38 persen secara year on year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan laba tersebut sejalan dengan penurunan kinerja perbankan secara nasional dan perlambatan juga perekonomian secara umum akibat pandemi Covid-19.
Adapun, penopang laba perseroan yakni kenaikan pendapatan fee seiring dengan optimalisasi digital banking serta ditopang oleh efisiensi biaya yang dilakukan.
Fee based income perseroan tumbuh sebesar 4,9 persen yoy menjadi Rp28,7 triliun, dengan salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online. Tercatat, frekuensi transaksi aplikasi Mandiri Online sepanjang 2020 mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 1.000 Triliun.
“Khusus aplikasi Mandiri Online yang menjadi produk utama digital banking Bank Mandiri, kami senang karena aplikasi ini semakin menjadi pilihan nasabah dalam bertransaksi. Ini terlihat dari jumlah pengguna aktif aplikasi ini yang naik signifikan sebesar 40 persen menjadi 4,5 juta pengguna pada tahun lalu,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Kamis 28 Januari 2021.
Dia menjelaskan di tengah kondisi perekonomian yang belum pulih, pihaknya berkomitmen menjaga kesinambungan bisnis. Namun dia tak memungkiri, kondisi pada tahun yang lalu sangat menantang khususnya dalam fungsi intermediasi perbankan.
Hal ini ditunjukkan dengan penyaluran kredit perseroan yang terkontraksi 1,61 persen yoy secara ending balance, meski masih lebih baik bila dibandingkan kontraksi 2,41 persen yang dialami perbankan nasional.