TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Perhubungan akan mengembangkan jaringan kereta rel listrik (KRL) Yogyakarta – Solo yang sedang diuji operasi secara terbatas sejak kemarin. Kepala Seksi Pengembangan Jaringan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Awang Meindra, mengatakan lembaganya hanya akan membangun sarana elektrifikasi di rel eksisting, tanpa perlu membangun jalur baru.
“Berbagai kemungkinan pengembangannya sedang dikaji,” ucapnya kepada Tempo, Rabu 20 Januari 2021.
Dikembangkan sejak 2011, KRL perdana di luar kawasan Jabodetabek tersebut ditargetkan beroperasi pada tahun ini, menggantikan kereta aglomerasi Prambanan Ekspres (Prameks) Yogyakarta – Solo. Layanan KRL Prameks disiapkan untuk mengantisipasi lonjakan pengguna Prameks yang sebelum pandemi Covid-19, berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan, sudah mencapai 5 juta orang per tahun.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri, mengatakan jumlah rata-rata penumpang di jalur sepanjang 60 kilometer itu berkisar 315 ribu orang per hari. Okupansi harian yang didominasi mahasiswa, pekerja, serta wisatawan tersebut diperkirakan masih terus meningkat.
“Kami prediksi tahun ini potensi penumpangya hampir 6 juta per tahun,” kata dia dalam diskusi virtual, Selasa lalu.
Perkembangan ekonomi di kedua kota itu pun diproyeksi meningkatkan volume perjalanan hingga menembus 29 juta penumpang per tahun pada 2035. Terlebih, Zulfikri, melanjutkan, pemerintah sudah mengelola jalur trek ganda di rute Yogyakarta-Solo.
Dengan demikian, masih ada peluang elektrifikasi jaringan kereta lain di sekitar KRL anyar tersebut. “Kapasitas finansial pemerintah terbatas, jadi dikembangkan bertahap menjangkau kota lainnya juga.”