DAS Barito, kata dia, secara kewilayahan hanya mencakup 39,3 persen kawasan hutan dan 60,7 persen Areal Penggunaan Lain (APL) bukan hutan. "Kondisi wilayah DAS Barito Kalsel tidak sama dengan DAS Barito Kalimantan secara keseluruhan," kata dia.
Sehingga, kata Karliansyah, sangat jelas bahwa banjir pada DAS Barito Kalsel yaitu pada Daerah Tampung Air (DTA) Riam Kiwa, DTA Kurau dan DTA Barabai. Ini karena curah hujan ekstrim, dan sangat mungkin dengan recurrent periode 50 hingga 100 tahun.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya menyatakan bencana alam berupa banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan adalah yang terbesar selama 50 tahun terakhir. "Sebuah banjir besar yang mungkin sudah lebih dari 50 tahun tidak terjadi di provinsi Kalimantan Selatan,” katanya ketika meninjau lokasi banjir di Kalimantan Selatan, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 18 Januari 2021.
Curah hujan yang sangat tinggi selama hampir 10 hari berturut-turut, tutur kepala negara, menyebabkan daya tampung Sungai Barito yang biasanya menampung 230 juta meter kubik tidak lagi mampu menampung debit air yang mencapai sebesar 2,1 miliar kubik air dan menimbulkan Banjir Kalsel. Saat presiden meninjau Jembatan Pakauman yang berada di atas Sungai Martapura, hujan masih turun dan tampak air sungai masih meluap.
Baca: Banjir Kalsel, Hingga Senin Malam Listrik 43 Ribu Pelanggan PLN Masih Padam