"Kami juga masih menunggu soal haji dan umroh, mudah-mudahan tidak terlalu lama bisa kembali seperti pada 2019," ujarnya.
Di sisi lain, target penghematan pun terus diupayakan. Berdasarkan hasil negosiasi dengan lessor pesawat pada 2020, pihaknya dapat menghemat mendekati US$ 15 juta per bulan, atau jika setahun dapat menghemat US$ 172 juta.
"Itulah target kami, kami juga banyak penghematan, urusan lessor, efisiensi juga. SDM, pengeluaran lain juga dalam pandemi, yang masih belum wajib, kami hold [tahan] sendiri," katanya.
Berdasarkan catatan keuangan 2019 atau sebelum pandemi, GIAA membukukan laba bersih sebesar US$ 6,98 juta, berbalik dari posisi rugi pada 2018 sebesar US$ 231,15 juta.
Garuda membukukan laba bersih yang diperoleh dari kenaikan pendapatan sebesar 5,59 persen menjadi US$ 4,57 miliar. Peningkatan pendapatan disumbang oleh oleh pertumbuhan penerbangan berjadwal dan pendapatan lainnya.
Pertumbuhan pendapatan Garuda itu juga diiringi dengan penyusutan beban usaha sebesar 4,02 persen menjadi US$ 4,4 miliar. Penurunan ini dikontribusi oleh efisiensi sejumlah beban, seperti beban operasional penerbangan, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban bandara.