TEMPO.CO, Jakarta - PT Reasuransi Maipark Indonesia memproyeksikan rentang kerugian akibat rangkaian gempa Mamuju dan Majene di Sulawesi Barat mencapai Rp 49 miliar–Rp 90 miliar, sedangkan total eksposur industri asuransi umum di wilayah terdampak mencapai Rp 925,7 miliar.
Proyeksi kerugian itu diperoleh berdasarkan hasil awal simulasi Maipark Catastrophe Modelling (MCM) terhadap kejadian gempa di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Jumat, 15 Januari 2020. Permodelan dilakukan di wilayah-wilayah yang mengalami intensitas guncangan kuat, khususnya Majene sebagai episenter gempa dengan nilai Modified Mercalli Intensity (skala MMI) VII atau maksimum.
Rentang kerugian akibat gempa itu diperkirakan mencapai Rp 49 miliar–Rp 90 miliar. Namun, nilai kerugian bisa menjadi lebih besar jika memperhitungkan bahaya lainnya, ditambah dengan adanya susulan gempa di wilayah Kabupaten Mamuju pada 16 Januari 2021.
"Kerugian ini hanya berdasarkan simulasi kerugian akibat guncangan gempa saja, tanpa memperhitungkan bahaya sekunder seperti tsunami dan likuifaksi," tulis Direktur Utama Maipark Ahmad Fauzie Darwis dalam pernyataan publik terkait gempa Majene yang diperoleh Bisnis pada Minggu, 17 Januari 2021.
Selain kerugian, gempa menciptakan eksposur bagi industri asuransi umum atas penutupan-penutupan di wilayah terdampak. Maipark mencatat bahwa 13 kabupaten yang terimbas gempa Majene, tapi lima kabupaten mencatatkan skala MMI yang kuat, dalam rentang V–VII.
Maipark menjabarkan bahwa total eksposur industri asuransi di wilayah terdampak mencapai Rp 925,7 miliar. Sebanyak 89,7 persen dari eksposur itu atau Rp 830,8 miliar berasal dari Mamuju, dengan 146 risiko yang terproteksi asuransi.