TEMPO.CO, Jakarta - Setelah gempa berkekuatan 6,2 Magnitudo terjadi, harga bensin yang dijual pedagang eceran di Mamuju melonjak menjadi Rp 30.000 per liter. Tak hanya itu, harga mi instan pun melejit.
"Bukan hanya harga bensin Rp 30.000 per liter tetapi harga mi instan dijual dengan harga Rp 10.000 per bungkus," kata Ashari, salah seorang warga di Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu, 16 Januari 2021.
Ashari menyayangkan hal tersebut karena seharusnya pada saat bencana gempa seperti ini, tidak boleh ada pihak mau mengambil untung karena masyarakat sedang menderita. "Kenaikannya sampai 100 persen dari harga normal, itu sangat membebani. Kalau harganya naik cuma 50 persen masih dianggap wajar," katanya.
Sementara itu, Yuti, warga lainnya mengeluhkan sulit mendapat kebutuhan pokok usai gempa melanda dan meminta pemerintah membantu menurunkan harga. "Pengungsi saat ini mencapai ribuan, dari mana mereka dapat makan dan memenuhi kebutuhannya, kalau situasi ekonomi tidak terkendali dengan naiknya harga," ucapnya.
Ia berharap pemerintah dapat membantu warga di pengungsian karena itu menjadi harapan masyarakat yang kesulitan kebutuhan pokok.
Sebagai catatan, korban gempa Mamuju terus bertambah menjadi 51 orang akibat tertimpa reruntuhan bangunan sementara di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, terdapat delapan orang.
Korban luka berat dan menjalani rawat inap sebanyak 189 orang sementara luka ringan dan rawat jalan 637 orang. Sementara masyarakat pengungsi mencapai 15.000 orang di sejumlah titik daerah Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene.
BISNIS
Baca: PLN Pulihkan 58 Persen Gardu Terdampak Gempa Mamuju-Majene