Tak hanya soal Dendeng, Dino juga menceritakan alasannya ikut masuk lagi ke pemerintahan. Selama ini, Dino memang malang melintang di sejumlah jabatan di pemerintahan, tapi sudah pensiun pada 2015.
Salah satu alasannya karena tugas untuk menjalin kerja sama antara pemerintah dan dispora sejalan dengan pekerjaan Dino selama ini. "Saya merasa bisa membantu," kata dia.
Dino dikenal sebagai pendiri Indonesia Diaspora Network (IDN). Organisasi ini lahir dari Kongres Indonesia Pertama di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 2012 saat Dino masih menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.
Selama ini, Dino menyebut sudah banyak sebenarnya obrolan dengan para diaspora di luar negeri. Mereka ingin berkontribusi lebih bagi Tanah Air. Sejumlah kelompok memang sudah ada, tapi masih terpisah.
Sehingga, berbagai kelompok ini yang ingin coba disatukan. Lalu, kontribusi para diaspora ini bisa disinkronisasi dengan kebijakan pemerintah Indonesia. "Mereka (diaspora) selalu mau membantu," kata Dino.
Sebab, potensinya sangat besar. Saat ini saja, kata Dino, ada sekitar 6 sampai 8 juta diaspora yang tersebar di sejumlah negara. Bila menjadi sebuah kota, kata dia, ini bisa menjadi kota dengan penduduk terbesar kedua setelah Jakarta.
Angka ini baru mencakup diaspora untuk keluarga dengan 2 generasi saja, belum termasuk yang sudah punya 3 sampai 4 generasi.
Tak hanya dari sisi jumlah, kapasitas mereka pun dinilai lebih. Baik dari sisi pendapatan maupun koneksi. Sehingga dalam waktu dekat, Dino Patti Djalal akan kembali bertemu dengan komunitas diaspora di luar negeri untuk membahas rencana kerja sama ke depan.
Baca: Rekam Jejak Dino Patti Djalal, Eks Jubir SBY Kini Jadi Penasihat Sandiaga Uno