TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan masih melanjutkan tren surplus pada Desember 2020 ini dengan nilai US$ 2,1 miliar. Kondisi neraca pada bulan ini terjadi karena beberapa komoditas andalan tercatat juga mengalami surplus.
"Komoditasnya yang menyumbang suprlus paling besar adalah lemak dan minyak hewan atau nabati (HS 15)," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 15 Januari 2021.
Di dalamnyanya, termasuk komoditas andalan Indonesia yaitu Crude Palm Oil (CPO). Lalu, penyumbang surplus berikutnya adalah bahan bakar mineral (HS 27), di dalamnya termasuk batu bara. Lalu terakhir, besi dan baja (HS 72).
Secara umum, ini surplus untuk bulan kedelapan sepanjang tahun ini. Neraca perdagangan terakhir kali mencatatkan defisit pada April 2020 sebesar minus US$ 370 juta.
Setelah itu, neraca perdagangan terus bergerak surplus mulai Mei 2020. Surplus perdagangan tertinggi tercatat pada Juli 2020 yang mencapai US$ 3,24 miliar.
Adapun surplus pada komponen barang minyak nabati dan bahan bakar mineral ini terjadi karena harganya memang sedang naik di pasar internasional. Sehingga, ekspor Indonesia ikut terkerek.
Suhariyanto merinci dua komoditas andalan Indonesia yang mengalami kenaikan harga penyumbang neraca perdangan surplus. Pertama, ada batu bara yang mengalami kenaikan harga 28,93 persen mtm dan 25,5 persen yoy. Kedua, ada Crude Palm Oil (CPO) yang naik 6,62 persen mtm dan 28,13 persen yoy.
FAJAR PEBRIANTO
Baca juga: Neraca Perdagangan November 2020 Diprediksi Surplus