Namun saat hujan turun pada sore hari, jarak pandang menyempit menjadi hanya 2-3 meter. Karena itu kala melalukan evakuasi, tutur dia, penyelam mengupayakan agar tidak menginjak dasar laut.
"Karena kalau menginjak dasar laut, lumpir akan naik dan air jadi buram. Teman kanan-kiri kita jadi tidak terlihat," katanya. Saat melakukan penyelaman, tim Simon dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok berisi tiga orang.
Tantangan selama menyelam, kata dia, tak hanya menyoal kondisi lautan yang berlumpur. Sebab, kehati-hatian dalam mengangkat potongan tubuh korban menjadi perhatian penting bagi penyelam. Di samping itu, sesekali Simon mencium bau minyak diduga Avtur.
Dalam operasinya, Simon bercerita telah menemukan benda-benda pribadi korban selain potongan tubuh. Tim, kata dia, sempat menemukan sejumlah perhiasan yang masih tersimpan lengkap di dalam dompet berwarna hitam bertuliskan toko emas.
"Kayaknya ini emas yang baru dibeli dari tokonya," ucapnya.
Ia menunjukkan foto perhiasan itu kepada Tempo. Tampak di antaranya sepasang anting-anting berwarna kuning berbentuk bulat. Ada pula identitas pribadi seperti SIM dan KTP. Semua benda pribadi korban dikumpulkan dalam kantong khusus milik tim SAR.
Possi menerjunkan 30 relawannya dalam pencarian korban dan bangkai pesawat SJ-182. Sejak hari pertama evakuasi dilakukan, 17 penyelam telah turun bersama Basarnas. Seluruh penyelam yang bergabung dipastikan memiliki sertifikat selam minimal level dive master atau instruktur.
Baca: Operasi Pencarian Korban Diperluas, Basarnas Duga Potongan Tubuh Terbawa Arus
FRANCISCA CHRISTY ROSANA