TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan pihaknya menduga mesin pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih hidup saat membentur air pada 9 Januari lalu. Ada dua indikasi soal dugaan tersebut.
KNKT telah mengumpulkan data radar (ADS-B) dari Perum LPPNPI alias Airnav Indonesia untuk menginvestigasi kecelakaan pesawat udara Boeing 737-500, registrasi PK-CLC yang dioperasikan Sriwijaya Air pada 9 Januari lalu.
Dari data tersebut, kata Soerjanto, tercatat bahwa pesawat itu mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang ke arah barat laut. Pada pukul 14.40 WIB, pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki, dan tercatat mulai turun.
Data terakhir pesawat tercatat pada ketinggian 250 kaki. Menurut Soerjanto, terekamnya data sampai dengan 250 kaki itu mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data.
"Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 12 Januari 2020.
Selain data tersebut, temuan bagian pesawat yang telah dikumpulkan Basarnas salah satunya adalah bagian mesin, yaitu turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
Kerusakan pada fan blade, tutur Soerjanto, menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. "Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki."