Erick mengatakan Bio Farma siap memantau pergerakan vaksin yang sudah dikirim ke seluruh provinsi. Dia menugaskan Bio Farma untuk memastikan bahwa vaksin terjaga di ruang penyimpanan dengan suhu 2-8 derajat Celcius agar kualitasnya tidak turun.
“Jangan sampai ada kegagalan dalam penyimpanan di daerah sehingga kualitas vaksin akan menurun karena penyimpanan tidak sesuai standar,” kata Erick.
Bio Farma memiliki teknologi untuk memonitor data produksi, memantau ruang penyimpanan, hingga mengamati proses distribusi vaksin secara realtime dengan alat berbasis teknologi Internet of Things (IoT). Bio Farma memanfaatkan pelbagai fitur seperti barcode dua dimensi, GPS, sensor suhu ruangan penyimpan vaksin, dan lain-lain.
Erick Thohir mengapresiasi penggunaan IoT untuk memonitor vaksin secara real-time ini. “Tidak hanya urusan penyediaan dan produksi. Yang juga menjadi misi penting Bio Farma menjaga mutu dan ketepatan waktu hingga pengiriman terakhir ke seluruh provinsi. Jangan sampai gagal. Ini demi Indonesia," ujarnya.
Bio Farma sudah meningkatkan kapasitas produksi dari 100 juta dosis menjadi 250 juta dosis tiap tahun. Saat ini, Bio Farma telah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM untuk memproduksi, menyimpan, dan mengawasi mutu 100 juta vaksin Covid-19.