TEMPO.CO, Jakarta - Para importir kedelai terpaksa merugi dalam operasi pasar yang diluncurkan Kementerian Pertanian pada hari ini, Kamis, 7 Januari 2021. Sebab, importir harus menjual kedelai ke pengrajin dengan harga Rp 8.500 per kilogram (kg), lebih rendah dari harga yang di tingkat pelabuhan saja sudah Rp 8.700 sampai Rp 9.000 per kg.
"Kalau jual rugi, ya memang rugi," kata anggota Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) Gondo saat ditemui selepas peluncuran operasi pasar Kementan di sentra produksi tahun tempe di Komplek KOPTI, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis, 7 Januari 2021.
Sebelumnya, harga kedelai di pasaran naik dari semula Rp 6.500 menjadi Rp 9.500. Kementerian Perdagangan menyebut penyebabnya adalah harga kedelai internasional yang meningkat, akibat lonjakan permintaan dari Cina ke negara produsen, Amerika Serikat.
Akibatnya, produsen tahu dan tempe sempat mogok beberapa hari sampai 3 Januari 2020. Di beberapa rumah makan, ada yang tetap menjual tahu tempe dengan harga lebih mahal. Ada juga yang memilih tidak menjual sama sekali. Tapi hari ini, para pengrajin seperti di Semanan misalnya, telah kembali memproduksi tahu tempe.
Hari ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meluncurkan operasi pasar dengan menggunakan stok milik importir. Ia mengupayakan harga Rp 8.500 per kg ini bisa bertahan hingga 100 hari ke depan.
Meski demikian, Gondo tidak merinci berapa besar kerugian atau subsidi harga yang harus ditanggung oleh para importir. "Namanya kan operasi pasar, jadi menang harus lebih rendah kan gitu, tapi ya mungkin jumlahnya berapa kami harus lihat," kata Gondo.