TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Tanri Abeng mengatakan perusahaan pelat merah pada dasarnya punya semangat untuk menarik investasi asing masuk ke Indonesia.
Namun, menurut pengamatannya, BUMN tidak seluruhnya memiliki reputasi yang diharapkan oleh multinational impresser. Perusahaan pelat merah masih banyak yang belum mempraktikkan governance berstandar internasional.
"Belum lagi BUMN kita ini terkadang mereka tidak mengikuti development ethiqal issue, sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi dalam gelombang yang sama," kata Tanri dalam peluncuran buku Akhlak untuk Negeri karya Erick Thohir, Rabu, 6 Januari 2020.
Dia lalu mengapresiasi BUMN yang sudah go public atau mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (IPO), seperti Telkom, Bank Mandiri, BRI, BNI dan lainnya. Menurut Tanri, dengan menjadi perusahaan terbuka, praktik tata kelola perusahaan sudah mendekati standar internasional.
"Oleh karenanya BUMN-BUMN yang lain didorong untuk bisa go public juga menurut saya. Akhirnya corporate governance ini juga penting di internal BUMN itu sendiri," ujarnya.
Jika standar governance yang baik dipraktikkan dengan accountability, responsibility, transparansi, fairness, dan ethiqal, maka akan terjadi proses manajemen yang efisien dan efektif.
Hal ini penting, menurut dia, karena dalam lingkungan usaha yang demikian dinamis dibutuhkan organisasi yang agile dengan kecepatan atau speed untuk mengambil langkah-langkah, serta keputusan yang mempunyai dampak strategis. "Pengambilan keputusan yang cepat, membutuhkan kerja sama tim," kata Tanri.
Baca: Menteri Era Habibie Samakan Krisis Ekonomi Covid-19 dengan 1998