Kemarin, kurs rupiah ditutup menguat 155 poin atau 1,1 persen ke level Rp 13.895 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terkoreksi 0,36 persen menjadi 89,612. Penguatan rupiah pun menjadi yang tertinggi di antara mata uang Asia lainnya.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan salah satu faktor penopang penguatan rupiah adalah inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 1,68 persen sepanjang tahun lalu. "Ini menandakan hal yang positif karena konsumsi masyarakat sudah kembali menggeliat," katanya.
Baca Juga:
Selain itu, kabar distribusi vaksin virus corona yang telah menjangkau 34 provinsi juga ikut menopang pergerakan rupiah. Meski masih di fokuskan ke Instansi-instansi tertentu, hal ini menunjukkan upaya pemerintah untuk menanggulangi pandemi sudah cukup membawa pelaku pasar kembali masuk ke pasar finansial dalam negeri.
Sementara itu, dari luar negeri, ekspektasi suku bunga AS yang akan tetap rendah dan harapan pemulihan ekonomi global turut membantu kenaikan rupiah. Hal tersebut kemungkinan akan terus melemahkan nilai dolar AS terhadap mata uang utama lainnya.
Pelaku pasar juga tengah menanti hasil risalah pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu. Investor akan mencari detail lebih lanjut tentang diskusi tentang membuat panduan kebijakan ke depan mereka lebih eksplisit dan peluang peningkatan lebih lanjut dalam pembelian aset di tahun 2021. Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak di level Rp 13.850 hingga Rp 14.900 per dolar AS.
HENDARTYO HANGGI | BISNIS