TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyiapkan rencana untuk menekan kenaikan harga kedelai yang melambung tinggi. Syahrul mengumpulkan unit-unit kerja kementerian lain dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan ketersediaan kedelai nasional secara lebih cepat.
"Tentu dengan langkah cepat kementan hari ini besama integrator dan berbagai pengembang kedelai, kami coba lipat gandakan kekuatan yang ada," kata Syarul, usai rapat di Kementerian Pertanian, Senin, 4 Januari 2020. "Yang paling penting ketersediannya, bukan cuman harga."
Namun, ia tidak membeberkan lebih lanjut mengenai langkah konkret percepatan persediaan itu. Menurutnya, kepastian produksi kedelai nasional harus menjadi jawaban dari kebutuhan yang ada.
Di tengah ketergantungan yang tinggi pada impor, harga internasional pun langsung berpengaruh di dalam negeri. Saat ini, harga kedelai impor sedang naik, dari Rp 6.500 per kg menjadi Rp 9.500 per kg. Pemicunya adalah meningkatnya permintaan kedelai Cina dari Amerika Serikat, seiring meredanya perang dagang kedua negara.
Walhasil, sejumlah produsen tahu tempe memutuskan untuk mogok produksi sementara hingga 3 Januari 2020. Produsen juga mengumumkan peluang kenaikan harga tahu tempe di pasaran hingga 20 persen.
Syahrul juga mengatakan kenaikan harga kedelai adalah imbas dari masalah global. Hal itu, kata dia, mungkin saja lebih banyak dipengaruhi oleh pandemi global Covid-19.
"Ini membuat harga kedelai yang ada secara global itu terpengaruh khususnya dari Amerika dan itu yang kita rasakan di Indonesia," kata dia.
Baca: Sudah Empat Hari Tak Produksi, Produsen Tahu Rumahkan Karyawan
HENDARTYO HANGGI