TEMPO.CO, Jakarta – Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, usul Indonesia mencetuskan pengumpulan dana pariwisata khusus untuk Bali. Dana darurat bisa dipakai seandainya terjadi situasi luar biasa, seperti wabah pandemi Covid-19 yang memukul pelaku usaha pelancongan.
“Saya usulkan beberapa waktu lalu di International Tourism Outlook di Bali, ada tourism fund. Kita tabung dalam satu fund untuk dipakai tatkala sedang kesusahan,” ujar Faisal webinar Economic Outlook KAHMIPreneur 2021, Ahad, 3 Januari 2021.
Dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM untuk bertahan di tengah gempuran krisis. Pelaku UMKM umumnya tidak memiliki akses pendanaan dibandingkan dengan hotel dan restoran yang memiliki jejaring internasional.
Faisal mengimbuhkan, ekonomi Bali saat ini sangat tergantung dengan sektor pariwisata. Selain mengusulkan pengumpulan dana, ia meminta pemerintah memperlakukan sektor wisata di Pulau Dewata secara khusus. Misalnya, terkait kebijakan lama waktu karantina bagi turis asing.
Ia juga menyinggung pembukaan gelembung perjalanan atau travel bubble Bali, salah satunya dengan Singapura. “Travel bubble ini harus didukung karena Bali kan separuh ekonominya bergantung pada tourism. Kalau Bali berhasil, skema travel bubble bisa dikembangkan ke NTB (Nusa Tenggara Barat), NTT (Nusa Tenggara Timur,” ucapnya.
Praktik travel bubble, menurut Faisal, lazim dilakukan di negara-negara terdampak pandemi. Dia mencontohkan Cina yang telah menjalin kesepakatan dengan Korea Selatan untuk membuka gelembung perjalanan.