“Kami alami penurunan harga ini dua kali selama setahun, yaitu pada saat Idul Fitri dan setelah Hari Raya Natal,” ucap Misbar.
Misbar menjelaskan, turunnya harga dipengaruhi oleh stok telur di level peternak yang berlimpah. Sementara itu, stok di kandang tak sebanding dengan aktivitas masyarakat umumnya menurun selepas hari raya.
“Apalagi pasar terbesar kami adalah DKI Jakarta dan Jawa Barat mencapai 50 persen. Orang di sana umumnya masih pulang kampung,” tuturnya. Selain itu, aktivitas pengiriman komoditas pun terkendala oleh tanggal merah.
Misbar memprediksi harga telur di level peternak akan sepenuhnya pulih saat aktivitas kembali normal pada 4 Januari esok. Setelah aktivitas libur usai, harga telur di peternak diperkirakan bergerak naik menjadi Rp 19 ribu sesuai dengan batas harga yang ditetapkan. Sementara itu, harga telur di pasar akan kembali normal menjadi Rp 25-26 ribu per kilogram.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional atau PIHPSN, harga telur ayam di sejumlah daerah di Pulau Jawa--kecuali DKI Jakarta dan Banten--berkisar Rp 24-25 ribu per 31 Desember 2020. Adapun harga di DKI Jakarta dan Banten sekitar Rp 27 ribu.
Sementara itu, harga telur ayam di luar Pulau Jawa lebih mahal. Di Sumatera, misalnya, harga telur berkisar Rp 26 ribu. Sedangkan harga di Indonesia timur mencapai Rp 28-29 ribu.
Baca: Tahun Baru, Harga Telur di Tingkat Peternak Anjlok Jadi Rp 17.500 per Kilogram
FRANCISCA CHRISTY ROSANA