TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto angkat bicara menanggapi lonjakan harga kedelai sebagai bahan baku industri tahu dan tempe belakangan ini.
Mengutip data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), Suhanto menyebutkan, saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton.
"Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150.000 sampai 160.000 ton per bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2 sampai 3 bulan mendatang,” ujar Suhanto, Kamis, 31 Desember 2020.
Suhanto menjelaskan bahwa harga kedelai dunia tercatat sebesar mencapai US$ 12,95 per bushels. Angka tersebut naik 9 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level US$ 11,92 per bushels.
Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar US$ 461 per ton. Artinya, harga rata-rata komoditas itu naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat US$ 435 per ton.
Menurut Suhanto, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia adalah lonjakan permintaan kedelai dari Cina kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia.