TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno berniat mengembangkan wisata kemanusiaan di Indonesia. Untuk mewujudkan rencana itu, ia berencana menggandeng Palang Merah Indonesia atau PMI.
“Bekerja sama dengan PMI, kegiatan donor darah nantinya bisa diaktivasi di berbagai destinasi Tanah Air,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat, 1 Januari 2021.
Sandiaga mengatakan pihaknya akan merancang paket wisata kemanusiaan, seperti di Bali. Dengan membeli paket itu, masyarakat bisa berdonor darah sambil berlibur di resor. Namun, pelaksanaannya tetap sesuai dengan standar protokol kesehatan yang berlaku.
Menurut dia, kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif perlu didorong inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Karena itu, ia meminta para pelaku usaha di sektor wisata mengembangkan inovasi-inovasi serupa untuk mempercepat pemulihan ekonomi.
“Bagaimana kita bisa beradaptasi dengan protokol kesehatan dan kolaborasi," kata Sandiaga Uno.
Ketua PMI DKI Jakarta Rustam Effendy mengatakan organisasinya akan mendukung rencana Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk melakukan kegiatan bersama, seperti wisata kemanusiaan. "Wisata kemanusiaan, ke depan akan kita sama-sama laksanakan, khususnya dalam penanganan Covid-19 termasuk donor plasma dari penyintas," kata dia.
Selain wisata kemanusiaan, pemerintah beberapa waktu lalu menyatakan niat ingin mengembangkan wisata kesehatan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan wisata medis di Indonesia memiliki potensi besar. Adapun keinginan ini berangkat dari minat turis asal Tanah Air yang menyumbang kontribusi terhadap jumlah wisatawan medis terbesar di dunia.
“Beberapa waktu yang lalu saya diberi tahu soal analisa dari PwC di tahun 2015 yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara asal wisatawan medis dengan jumlah 600 ribu orang, terbesar di dunia mengalahkan Amerika Serikat dengan 500 ribu orang wisatawan medis di tahun yang sama,” tutur Luhut, Agustus 2020 lampau.
Luhut menjelaskan, warga Indonesia umumnya melakoni perjalanan medis ke Penang, Malaysia, dan Singapura. Musababnya, layanan kesehatan di dua negara tersebut murah serta menjanjikan kesembuhan yang lebih cepat.
Namun pada masa pandemi, perjalanan berobat ke negeri jiran banyak tertunda karena adanya karantina. Dengan kondisi tersebut, Luhut menilai negara perlu membangun ketidakpercayaan atau “distrust” pengalaman berobat di luar negeri agar niat wisata medis di dalam negeri tumbuh.
Apalagi bila dilihat dari potensinya, Luhut mengatakan rata-rata spending atau pengeluaran wisatawan medis per orang mencapai US$ 3.000-10 ribu atau setara dengan Rp 42-140 juta (kurs Rp 14 ribu). Lewat wisata medis, Luhut memandang Indonesia bisa melakukan diversifikasi ekonomi, menarik investasi luar negeri, dan menyediakan lapangan pekerjaan. Di samping itu, negara diyakini mampu mengembangkan industri layanan kesehatan di Indonesia serta menahan agar devisa tidak mengalir ke negara-negara yang lebih sejahtera.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA