"Per hari itu di 15 bandara 230.000 penumpang saat kondisi normal, kondisi saat ini baru di level 97.000 rata-rata per hari. Kami bisa break even itu di 130.000-150.000 penumpang, ini bisa jadi peluang paling tidak membuat kami break even," urainya.
Dia menyebut faktor pendorong agar pergerakan penumpang setidaknya dapat mencapai level impasnya yakni pergerakan penumpang domestik Indonesia yang cukup kuat.
Faik mencontohkan dataran utama China yang kondisi arus penumpang domestiknya kuat, sehingga penerbangan di Negeri Tirai Bambu walaupun terdampak pandemi tetap mendekati normal. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan di Indonesia.
"Faktor domestik kuat, kami bisa lebih bertumpu penerbangan domestik, sementara lupakan dahulu internasional, ini berbeda dengan Changi dan lainnya yang andalkan internasional. Kami merangkak pelan domestik ini jadi tumpuan kami ke depan," katanya.
AP I juga menekankan pentingnya protokol kesehatan dijaga dengan baik untuk memberikan rasa aman bagi pergerakan penumpang domestik. Selain itu, kebijakan pengetatan syarat penerbangan dari yang hanya menyertakan hasil rapid antibodi menjadi antigen membuat level kepercayaan diri masyarakat untuk bepergian dan bebas Covid-19 meningkat.
Pihaknya juga menyiapkan dua strategi utama yakni strategi bertahan hidup (survival) dan strategi lahir kembali (reborn). Survival strategy fokus menjaga arus kas perusahaan karena sempat menghadapi periode tidak ada pendapatan tapi operasional harus tetap berjalan.
Baca: 105 Hotel Disiapkan untuk Karantina Penumpang Penerbangan Internasional