Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra berujar harga telur disebabkan keterbatasan pasokan di saat permintaan naik. Konsumsi telur biasanya 14,7 kg per kapita naik menjadi 18,7 kg kapita atau naik 27 persen. Sementara itu, produksi telur menurun di saat bersamaan.
Keterbatasan pasokan telur ayam ini, ujar Syailendra, merupakan imbas dari importasi grandparent stock (gps) untuk bibit pada 2018 diturunkan menjadi 25 ribu bibit.
"Adapun produksinya dibutuhkan waktu 95-100 pekan sehingga dampaknya terasa di 2020. Pada 2019 importasi sudah 31 ribu bibit, sehingga diperkirakan pasokan pada 2021 akan naik kembali," tutur Syailendra.
Syailendra mencatat kekurangan telur hingga Desember ini mencapai 8.901 ton. Selain itu, kenaikan harga telur juga diakibatkan lonjakan harga impor kedelai yang dijadikan pakan ayam sehingga harga a day old chicken (DOC) ikut naik.
Baca: Libur Natal dan Tahun Baru 2021, Mentan Sebut Stok Pangan Aman
LARISSA HUDA