Kepala Bidang Harga Pangan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Inti Pertiwi berujar rendahnya produksi cabai dalam negeri membuat pasokan di pasar tak bisa memenuhi tingginya permintaan masyarakat.
Menurut dia, berkurangnya pasokan cabai saat ini merupakan imbas dari kerugian besar-besaran yang dialami petani cabai pada saat harga anjlok beberapa bulan lalu sehingga petani tak punya cukup modal untuk menanam kembali.
Inti mengatakan, penutupan hotel, restoran, dan kafe (horeka), serta pasar tradisional di masa pandemi untuk menekan transmisi virus corona, telah menyebabkan penyerapan produksi cabai turun 90 persen."Kami intervensi dari sisi distribusi komoditas yang dihasilkan oleh petani yang akan dikirim ke pasar sebagai langkah jangka pendek," ujat Inti.
Menurut Inti, harga cabai diprediksi pada pekan ketiga Januari akan mulai turun. Puncaknya kenaikan harga pada Januari terjadi karena masa panen di Jawa Timur sudah memasuki masa akhir pemetikan. Nanti, meski begitu pada akhir Januari diperkirakan wilayah Jawa Tengah akan memasuki musim panen sehingga harganya akan.
"Kalau pemerintah turun tangan dari awal tahun nanti untuk distribusi dan menahan harga tinggi, maka harga akan lebih landai lewat kebijakan harga dari wilayah produksi ke konsumsi," tutur Inti.
Selain cabai, Inti berujar harga komoditas telur ayam juga mengalami kenaikan, yaitu rata-rata nasional masih berkisar Rp28.000/kg. Menurut dia, kenaikan harga telur terjadi sejak beberapa bulan terakhir karena kenaikan permintaan selama pandemi. "Karena telur lebih mudah dijangkau oleh masyarakat semasa pandemi sehingga permintaannya naik," kata Inti.