Dia berpendapat bahwa 5G di 2,3 GHz nantinya akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kecepatan layanan seluler (enhanced mobile broadband/eMBB) oleh para pemenang lelang.
Dengan tambahan beberapa lebar pita lagi, kata Ridwan, layanan operator seluler bahkan dapat menggantikan layanan internet tetap, termasuk internet rumah (fiber to the home/ FTTH), sehingga beberapa wilayah di kawasan super prioritas dan wilayah lainnya akan lebih tertib karena minim kabel,
“Setelah bandwidth cukup nanti bisa menjadi alternatif pengganti fixed broadband juga. Itu used case yang cukup terkenal di negara yang sudah mengimplementasikan ini,” kata Ridwan.
Meski demikian untuk menggantikan layanan internet tetap bukanlah yang mudah karena dibutuhkan sekitar 100 MHz per operator yang letak frekuensinya berdampingan.
Dengan skema ini tentu setiap operator seluler pemenang lelang di pita 2,3 GHz tidak dapat melakukannya jika sendirian. Ketiganya – Telkomsel, Tri, dan Smartfren - harus bergabung sehingga akumulasi frekuensi yang dimiliki sebesar 90 MHz.