"Penurunan lebih lanjut tertahan oleh peningkatan transaksi KFLN berupa arus masuk investasi langsung dalam bentuk ekuitas dan penarikan pinjaman luar negeri," kata Erwin.
Posisi AFLN meningkat terutama didorong oleh peningkatan transaksi investasi langsung dan cadangan devisa. Posisi AFLN pada akhir triwulan III/2020 tumbuh 1,9 persen (qtq), dari US$379,1 miliar menjadi US$386,1 miliar.
Selain karena faktor transaksi, posisi AFLN yang meningkat juga dipengaruhi oleh faktor revaluasi positif akibat pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia.
Erwin mengatakan Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan III/2020 tetap terjaga dan mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tercermin dari struktur kewajiban PII Indonesia yang didominasi oleh instrumen berjangka panjang.
Meski demikian, lanjutnya, Bank Indonesia akan tetap mewaspadai risiko kewajiban neto PII terhadap perekonomian.
"Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi Covid-19 yang didukung sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah, serta otoritas terkait lainnya," katanya.
Baca: Bank Indonesia: Rupiah Bisa Menguat, karena Saat Ini Masih Undervalue