TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia berupaya mempertahankan pasar ekspor kelapa sawit ke Uni Eropa dengan strategi baru. Bersama negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia akan mengadakan joint working group membahas minyak nabati bersama Uni Eropa.
Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri, Ina Hagniningtyas Krinasmurthi, menyatakan langkah ini ditempuh untuk menghindari diskriminasi Uni Eropa terhadap produk sawit Indonesia.
"Kami ingin minyak sawit diperlakukan dengan standar yang sama seperti minyak nabati lainnya," kata dia kepada Tempo, Ahad 20 Desember 2020.
Nantinya di dalam forum akan dibahas perlakuan terhadap minyak nabati berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang disepakati 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. SDGs menekankan tiga prinsip yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
Pemerintah ingin Uni Eropa tak hanya melihat kelapa sawit dari sisi lingkungan. Di sisi lain, menurut Ina, komoditas ini mendorong lapangan pekerjaan bagi 26 juta orang. Sebanyak 40 persen perkebunan sawit juga dikelola oleh petani kecil.