Fendi menilai dengan penetrasi pengguna smartphone di Indonesia mencapai lebih dari 200 juta, pasar ekonomi digital sangat besar. Investasi Gojek juga terjadi pada waktu yang tepat yakni memanfaatkan terjadinya akselerasi digitalisasi selama masa pandemi. Peran strategis bank sebagai lembaga intermediasi akan menemukan momentumnya melalui digitalisasi produk dan layanan.
Lebih jauh, Fendi memperkirakan jutaan UMKM dan masyarakat yang selama ini belum mendapatkan akses bank dapat dengan mudah dijangkau hanya dengan smartphone. "Sebagai pemimpin pasar, masuknya Gojek tentunya akan mendorong percepatan bisnis Bank Jago, mengingat infrastruktur dan pasarnya sudah siap. Biaya untuk mendapatkan nasabah baru juga lebih efisien."
Potensi perbankan digital di Indonesia juga dinilai sangat cerah. Selain populasi yang sangat besar, Indonesia juga memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Pada tahun 2030 PDB Indonesia bahkan diproyeksikan mencapai US$ 10,1 triliun dan menjadi negara keempat dengan ekonomi terbesar di dunia versi Standard Chartered.
Dengan potensi pasar inilah banyak lembaga keuangan dunia berambisi untuk masuk ke Indonesia. Bahkan, sejumlah lembaga yang mendapatkan lisensi bank digital di Singapura belum lama ini diyakini menjadikan Indonesia sebagai target utama.
Oleh karena itu, menurut Fendi, persaingan perbankan akan semakin ketat dengan hadirnya layanan dan produk berbasis digital. Indonesia pun memiliki kepentingan untuk melahirkan bank digital-bank digital yang kuat dan kompetitif.
BISNIS
Baca: Ini Rencana Dirut Bank Jago Usai Gojek Gelontorkan Rp 2,25 Triliun