Selain melakukan renegosiasi dengan kreditur, Garuda Indonesia membahas restrukturisasi keuangan dengan BUMN mitra lainnya, seperti PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) selaku pengelola bandara serta PT Pertamina (Persero) sebagai penyedia bahan bakar avtur.
Direktur Keuangan Garuda Indonesia Prasetio mengatakan pembahasan itu difasilitasi oleh Kementerian BUMN.
“Restrukturisasi disetujui untuk disepakati pembayarannya tahun 2021, 2022, dan 2023. Porsinya akan dibagi sesuai dengan cash flow,” tutur Prasetio.
Emiten berkode GIAA masih mencatatkan kontraksi keuangan pada kuartal III 2020. Berdasarkan paparan, selama kuartal tersebut, kerugian perusahaan mencapai US$ 368,4 juta. Sedangkan Ebitda Garuda Indonesia pada kuartal III sebesar 59,6 juta.
Baca: Garuda Indonesia Layani Rute Makassar - Manokwari - Sorong Dua Kali Seminggu
FRANCISCA CHRISTY ROSANA