TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah nasabah pemegang polis JS Saving Plan yang tergabung dalam Forum Korban BUMN Jiwasraya menolak opsi restrukturisasi yang ditawarkan oleh perusahaan. Para nasabah justru menilai komunikasi perusahaan dengan nasabah tidak persuasif, bahkan intimidatif.
Roganda Manulang, salah satu perwakilan forum, menyebut sikap intimidatif perusahaan terlihat dalam konferensi pers Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko pada Jumat kemarin, 11 Desember 2020. Sebab, Hexana masih menyebut penyebab masalah di Jiwasraya adalah bunga atau imbal hasil yang tinggi. "Seolah-olah menuduh kami ini nasabah yang rakus," kata Roganda dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 14 Desember 2020.
Padahal setelah dikonfirmasi, kata Roganda, imbal hasilnya hanya 6 sampai 7 persen. Sejumlah nasabah JS Saving Plan lain pun menyampaikan hal serupa, bahwa imbal hasil yang dijanjikan berada di rentang tersebut. "Itu sangat wajar," kata dia.
Sebelumnya dalam konferensi pers tersebut, Hexana menyampaikan sejumlah opsi restrukturisasi kepada para nasabah. Salah satu tujuannya, kata dia, adalah untuk menghentikan kerugian besar di Jiwasraya akibat pemberian jaminan atau bunga yang tidak wajar.
Pada Desember 2019, Hexana menjabarkan bahwa melalui produk JS Plan, Jiwasraya menawarkan jaminan imbal hasil berkisar 9 persen sampai 13 persen selama 2013–2018.
Imbal hasil tersebut lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga deposito FY2018 berkisar 5,2 persen sampai 7 persen. Selain itu, lebih besar dari pertumbuhan IHSG FY2018 yang negatif 2,3 persen.