TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tidak akan lagi mengutamakan kuantitas kunjungan wisatawan asing atau wisman pasca-pandemi Covid-19. Kementerian telah mengubah konsep peta jalan pariwisata dengan mengedepankan kualitas atau belanja wisman per kunjungan demi mendongkrak pendapatan devisa.
“Atas dasar benchmarking kita dengan negara tetangga, yang jumlah kunjungannya lebih sedikit tapi devisanya lebih tinggi,” ujar Staf Khusus Menteri Bidang Digital dan Industri Kemenparekraf Ricky Pesik dalam diskusi virtual bersama Tempo bertajuk ‘Peluang Investasi Pembangunan Infrastruktur, Perhubungan, dan Wisata’, Senin, 14 Desember 2020.
Ricky lantas mencontohkan salah satu negara dengan pedapatan devisa pariwisata tinggi, yakni Australia. Menurut dia, jumlah wisman Negeri Kanguru jauh lebih sedikit dari Indonesia, namun rata-rata pengeluaran turis per hari lebih besar. Pada 2019, jumlah wisman Australia sekitar 12 juta orang, sedangkan Indonesia sebesar 16 juta orang.
Untuk meningkatkan kualitas kunjungan, Ricky mengatakan Kementeriannya telah menyusun sejumlah langkah strategis, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, Kementerian membekali pelaku-pelaku usaha pariwisata di seluruh destinasi, termasuk desa wisata, dengan sertifikasi CHSE atau clean, health, safety, and environment secara gratis.