Bernardi menjelaskan bahwa stok yang tersisa di 11 pabrik rafinasi anggota AGRI saat ini berada di angka 360 ribu ton, padahal kebutuhan bulanan untuk industri makanan dan minuman bisa mencapai 250 ribu ton dan berpotensi naik pada akhir tahun yang bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru.
“Selain itu saat ini pasokan gula hanya datang dari Brasil, dan itu membutuhkan waktu dua bulan. Harapan kami seharusnya sejak November sudah ada izin,” lanjutnya.
Dia menjelaskan kebutuhan untuk setahun serta buffer stock sejatinya sudah dihitung sejak awal 2020 di mana izin impor yang diberikan mencapai 3,2 juta ton. Meski demikian, Bernardi mengatakan terdapat pabrik di luar asosiasi yang juga mendapatkan rekomendasi impor sehingga stoknya tidak bisa dipantau.
“Untuk AGRI total impor yang kami lakukan kurang lebih 2,9 juta ton. Ada sekitar 300.000 ton di luar anggota yang sulit kami pantau pasokannya,” kata dia.
Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan bahwa panjang Januari-September 2020 terjadi kenaikan nilai impor gula sebesar 63,8 persen dari US$1,0 miliar menjadi US$1,7 miliar. Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan volume impor yang mencapai 58 persen secara tahunan.
Sebagian besar impor komoditas gula direalisasikan dalam bentuk gula mentah yang nilainya mencapai US$ 1,6 miliar atau setara dengan 4,64 juta ton.
Sebagian besar impor gula mentah dialokasikan untuk industri gula rafinasi yang memasok bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang kebutuhan per tahunnya lebih dari 3,0 juta ton.
BISNIS
Baca juga: Asosiasi Perkirakan Pasokan Gula Akhir 2020 1,4 Juta Ton