TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berharap investor dan perusahaan Amerika Serikat semakin tertarik untuk berbisnis di Indonesia. Sebab, Indonesia telah resmi mendapatkan perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari negara tersebut.
"Saya berharap perusahaan Amerika melihat ini sebagai peluang," kata Luhut dalam acara US-Indonesia Investment Summit pada Jumat, 11 Desember 2020.
Salah satunya, kata Luhut, perusahaan Amerika Serikat bisa menjadikan Indonesia sebagai basis produksi manufaktur mereka untuk keperluan ekspor ke negara mereka sendiri. Termasuk juga, pasar Asia, dan pasar Indonesia yang mencapai 273 juta penduduk.
Sebelumnya, perpanjangan ini telah diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat, melalui United States Trade Representative (USTR) pada awal November 2020. Menurut Luhut, perpanjangan ini berlaku untuk 700 produk ekspor Indonesia yang mencakup 3.572 pos tarif.
Tak hanya itu, Luhut juga mengingatkan kepada para investor Amerika dalam acara ini mengenai kesepakatan terbarunya dengan United States International Development Finance Corporation (DFC). Kesepaatan ini dicapai dalam lawatan Luhut ke Amerika pertengahan November 2020.
Di sana, IDFC telah menaruh minat untuk terlibat dalam Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) alias dana abadi di Indonesia. CEO dari lembaga keuangan milik Pemerintah Amerikat Serikat, Adam Boehler, meneken Letter of Interest (LOI) untuk berinvestasi sebesar USD 2 miliar di LPI.
Luhut meyakini LOI ini akan membawa dampak positif bagi investasi di Tanah Air. "Ini akan menarik minat dari sektor swasta di Indonesia untuk ikut berkontribusi di Indonesia," katanya.
Baca: Kepala BKPM Sebut Investor Cina Paling Berani: Ngeri-ngeri Sedap