"Jadi pengalamannya lengkap tidak cuma experience elektrifikasi, tetapi juga mengunjungi lokasi lokasi khususnya di dalam area Nusa Dua," kata Anton.
Menurut Anton, Bali dipilih jadi lokasi pengembangan eco-tourism karena provinsi tersebut memiliki komitmen yang sama dalam mempopulerkan teknologi elektrifikasi. "Pemerintah Provinsi Bali juga memiliki keinginan yang sama positifnya, yang mana akhir tahun lalu mengeluarkan Peraturan Gubernur mengenai energi bersih dan Kendaraan listrik," tutur Anton.
Untuk mendukung keberlanjutan model bisnis yang berkelanjutan dan juga peningkatan ekowisata Pulau Bali, Menko Perekonomian Airlangga merekomendasikan hilirisasi produk nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik untuk pengembangan industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBL–BB) nasional.
Ia menekankan agar hasil produk KBL-BB tidak hanya untuk pasar domestik namun juga untuk ekspor, salah satunya ke Australia dan negara lainnya.
"Pemerintah akan memberi dukungan yang diperlukan oleh Toyota dalam rangka pengembangan KBL-BB dalam bentuk regulasi, insentif fiskal dan non fiskal," tutur Airlangga belum lama ini.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Trans Bali/Trans Sarbagita Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Kadek Mudarta berujar Toyota pernah presentasi rencana tersebut pada awal tahun. Namun, pembicaraan tersebut masih pada tahap awal, belum ada pembahasan detail. "Itu terjadi sebelum wabah Covid-19," ujar Mudarta.
BACA: Kembangkan Mobil Listrik di RI, Toyota Siapkan Investasi Hingga Rp 28,3 Triliun
LARISSA HUDA