TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira menilai tren peningkatan konsumsi mobil bekas masih akan terjadi hingga 2021 seiring menurunnya daya beli masyarakat.
Selain itu, menurutnya, masyarakat pun membutuhkan moda transportasi yang relatif aman untuk bepergian. Transportasi umum dinilai masih memiliki risiko karena diisi oleh banyak orang, sehingga pilihan jatuh ke kendaraan pribadi, khususnya mobil bekas yang relatif lebih terjangkau.
"Tren ini masih akan berlangsung hingga 2021 seiring pemulihan ekonomi dan mobilitas masyarakat yang bertahap. Faktor kekhawatiran [terhadap risiko paparan di kendaraan umum] ada, tapi masih di bawah faktor daya beli yang menurun," ujar Bhima kepada Bisnis, Rabu, 9 Desember 2020.
Meskipun terjadi kenaikan permintaan, masih terdapat tantangan dalam penjualan kendaraan bekas. Sebab, selama masa pandemi nilai uang muka [down payment/DP] kredit atau leasing mobil bekas terus meningkat. Menurut Bhima, kenaikannya mencapai 40 persen–45 persen dari harga jual.
"Jadi ini sedikit kontradiksi dengan upaya Bank Indonesia memberikan relaksasi berupa kenaikan loan to value [LTV]," ujarnya.
Selain itu, terdapat kendala seperti pencairan pinjaman yang lebih lama dibandingkan kondisi normal. Alasannya beragam. Menurut Bhima, salah satu yang paling lumrah adalah karyawan yang bekerja dari rumah [work from home/WFH] sehingga pengecekan dokumen butuh waktu yang lebih lama.
Perusahaan multifinance juga dinilai harus lebih berhati-hati dalam memilih debitur. Industri harus memperhatikan tingkat risiko gagal bayar atau kredit macet, karena beberapa debitur mengajukan restrukturisasi tapi tidak mampu membayar cicilan ketika periode restrukturisasi selesai.
BISNIS