TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku usaha retail menargetkan penjualan pada Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas 12.12 tahun ini bisa tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu meski akan lebih lambat.
Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey memperkirakan kenaikan penjualan pada Harbolnas bisa naik di kisaran 15 sampai 20 persen tahun ini. Sementara pada 2019, kenaikan secara tahunan tercatat tumbuh 30 persen. “Kami prediksi pada pandemi ini minimal kenaikan 15 sampai 20 persen dari perolehan tahun lalu,” kata Roy saat dihubungi, Rabu, 9 Desember 2020.
Harbolnas pada 2019 disebut Roy mencatatkan penjualan Rp 9 triliun atau naik 30 persen dibandingkan dengan 2018 yang berada di angka Rp 6,8 triliun. Dengan asumsi kenaikan tahun ini di kisaran 15 sampai 20 persen, maka total penjualan bisa menembus Rp 10,8 triliun.
Penjualan selama Harbolnas yang diprediksi tetap tumbuh sendiri disebutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Di antaranya adalah sentimen kedatangan vaksin dan juga tren inflasi November yang menunjukkan adanya geliat setelah dua bulan sebelumnya terjadi deflasi. “Inflasi menunjukkan adanya pergerakan permintaan,” kata dia.
Selain itu, survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia pun disebut Roy menunjukkan adanya keyakinan konsumen yang membaik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada November 2020 tercatat sebesar 92,0. Meski masih dalam zona pesimis, indeks tersebut naik signifikan jika dibandingkan dengan Oktober 2020 yang tercatat hanya sebesar 79,0.
Peningkatan IKK tersebut terutama didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terhadap kondisi ekonomi dalam 6 bulan ke depan, terutama pada komponen ekspektasi kegiatan usaha dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja.