Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, sebelumnya mengatakan muatan bolak balik perusahaan pelayaran harus seimbang agar biaya operasionalnya efisien. Namun, aktivitas ekspor dan impor yang belum sepenuhnya normal membuat entitas pelayaran masih mengurangi jumlah muatan yang dibawa.
“Karena tidak bisa hanya membawa kontainer ekspor tanpa membawa balik yang untuk impor,” ujarnya, kemarin.
Di Indonesia pun, menurut catatan Badan Pusat Statistik, nilai impor pada Oktober 2020 masih minus 6,79 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan bahkan minus 26,93 persen dibandingkan Oktober 2019. Ekspor pun minus secara tahunan, meski mulai tumbuh secara bulanan.
Direktur Operasional PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk atau Temas Line, Teddy Arief Setiawan, mengatakan negara distributor barang terbesar, seperti Cina, masih menahan frekuensi ekspor ke rute jarak dekat, termasuk Indonesia.
Frekuensi pengiriman baru dipulihkan ke negara jauh di Benua Eropa dan Amerika. “Banyak barang masih bertumpuk di sana,” ucapnya. “Kontainer di sini (Indonesia) tak sebanyak biasanya dan ruang muat menjadi langka.”
Adapun Direktur Usaha Angkutan Barang PT Pelni (persero), Masrul Khalimi, mengatakan perseroannya berupaya mengatur stok kontainer sesuai permintaan pasar di saat pandemi. “Jadwal kapal juga disesuaikan sedemikian rupa agar perputarab kontainer bisa dikendalikan.”