TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jepang menggelontorkan paket stimulus dengan total nilai 73,6 triliun yen atau setara dengan US$ 707 miliar. Nilai stimulus yang bila dirupiahkan mencapai Rp 10 kuadriliun (asumsi Rp 136 per Yen) itu adalah paket stimulus yang pertama dikeluarkan Yoshihide Suga sejak menjabat perdana menteri.
Selain paket stimulus, pemerintah Jepang juga menyiapkan sejumlah langkah fiskal lain seperti pinjaman, investasi dan pengeluaran sekitar 40 triliun yen. Draf paket stimulus menunjukkan bahwa sebagian belanja akan dibiayai oleh 19,2 triliun yen dari anggaran tambahan ketiga.
"Untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat, paket ini disusun untuk mempertahankan lapangan kerja dan bisnis, memulihkan perekonomian, dan mengembangkan peluang baru untuk tumbuh seperti kawasan hijau dan digital," kata Suga di kediaman resminya, dilansir Bloomberg, Selasa, 8 Desember 2020.
Suga juga menjelaskan, paket stimulus itu akan mencakup dukungan untuk fasilitas medis dan rumah bagi para lansia, serta untuk pekerjaan dan arus kas perusahaan.
Pada kuartal ketiga lalu, angka pertumbuhan ekonomi di Jepang naik seiring penurunan angka infeksi. Pengeluaran konsumen yang cenderung menurun membantu mendorong pemulihan di musim panas.
Jika pembatasan sukarela atas pergerakan dan aktivitas terus muncul kembali di kota-kota Jepang, efek pada pengeluaran diperkirakan bakal semakin dalam. Selain itu, Suga juga menghadapi tantangan untuk menunjukkan bahwa dia berhasil mempertahankan momentum ekonomi sekaligus menahan virus hingga opsi vaksin tersedia.
Bila tak berhasil, Suga akan masuk dalam daftar panjang perdana menteri sementara di Jepang yang tidak dapat mempertahankan cukup dukungan di partainya sendiri untuk tetap berkuasa lebih dari satu tahun.